Mbah Sukarso yang lagi memasuki masa pensiun sedang mencari teman, untuk mengisi hari tuanya.....dia ingin mengisi hari tuanya dengan aktifitas positif diantaranya dengan banyak melakukan silaturahmi, karena dia yakin fadilah silaturahmi, mungkin yang sedang beliau pikirkan dengan banyak silaturahmi akan memperpanjang umur dan meluaskan rejeki "
Saat bertemu dengan Den Mas Rohdin, yang sering kali terlihat ngopi dan bersenda gurau dengan teman-temannya, beliau mencermati apa yang dibicarakan dan apa yang dilakukan..... kok kelihatan cocok, akhirnya Mbah Sukarso mencoba untuk mengenal lebih dekan dengan Den Mas Rohdin.
Mbah Sukarso paham kalau "tangan di atas lebih baik dari pada tangan dibawah", dan untuk itu sebagai buah tangan saat bersilaturahmi ke rumah Den Mas Rohdin di membawakan batu permata, maklum masih ada sisa sisa batu permata yang beliau miliki karena selama ini beliau sering jual beli batu permata. Mengingat siapa yang beliau kunjungi, apa yang sedang dia jalani dan keinginan yang ada dalam dirinya, beliau paham betul untuk memberikan yang patas untuk diberikan, sebuah batu permata yang baik dan mempunyai nilai ekonomis lumayan..... beliau mencoba untuk menghargai orang yang di beri sekaligus menghargai dirinya sendiri.
Saat menerima pemberian Mbah Sukarso berupa batu permata, Den Mas Rohdin berfikir sejenak apa yang diinginkan Mbah Sukarso dan apa yang dapat dilakukan dengan apa yang diinginkan Mbah Sukarso......
Den Mas Rohdin, yang sudah terbiasa mencermati perilaku manusia baik dari bahasa lesan yang disampaikan sampai bahasa tubuh yang ditampilkan, mencoba untuk mendengarkan apa yang dikatakan sampai apa yang tidak dikatakan...... selanjutnya apa yang dapat diberikan untuk kemanfaatan Mbah Sukarso, keluarga dan lingkungannya. Beliau tahu betul yang dihadapi bukanlah anak kecil yang menangis saat kehilangan mainan dan tertawa saat diberi manisan..... ini seorang anak manusia yang memasuki usia senja yang sudah kenyang makan asam garam kehidupan, "iso ngakali ora iso diakali" begitulah yang sering dikatakan Mbah Sukarso saat bersenda gurau dengan teman-temannya.
Biarlah semua mengalir bagai air, ada saatnya..... semua yang yang diciptakan ada manfaatnya, apalagi batu permata tentu ada manfaanya, ya.... kalau makanan membuat orang kenyang dan orang yang paham, mampu untuk tidak hanya sekedar merasa kenyang tapi mampu bersyukur saat memakan makanan, tentu batu permata tidak saja indah dilihat dapat pula membuat orang "menggali permata terpendam".... demikianlah kira-kira yang sedang dipikirkan Den Mas Rohdin, semua ada saatnya......
Beberapa hari setelah Mbah Sukarso silaturahmi ke rumah Den Mas Rohdin, saat ngopi bersama Mbah Bejo dan Kang Koplak...... rokok di meja terlihat sudah hampir habis, tidak ada uang di kantong apa lagi di dompet yang ada hanya KTP dan teman-temannya , dan kelihatannya Mbah Jo dan Kang Koplak pun setali tiga uang, sama saja
Teringat batu permata pemberian Mbah Sukarso beberapa hari yang lalu ada di dalam dompet, Den Mas Rohdin memanggil Pak To penyedia jasa layanan antar jemput yang biasa memarkir becaknya di depan warung kopi..... "Pak To ada batu permata bagus, barter dengan 3 bungkus rokok" demikian batu permata pemberian Mbah Sukarso ditawarkan Den Mas Rohdin kepada pak To mengingat yang ada tiga orang dan rokoknya hampir habis. Yang jelas saat ini yang di butuhkan rokok dan yang ada dan dapat ditukar/dibarter ya batu permata pemberian Mbah Sukarso, ya di barter aja "begitu saja kok repot" mungkin itu yang sedang dipikirkan Den Mas Rohdin..... biarlah nantinya menjadi cerita indah.
Setelah melihat batu permata, "dua bungkus mas", sambil tersenyum Pak To mencoba menawar, "kalau saya jual keuntungannya kan lumayan" demikian kira-kira yang dipikirkan pak To ...."Yo wis" demikian jawab Den Mas Rohdin.....
Beberapa saat kemudian, rokok sudah di tangan Den Mas Rohdin, satu diberikan Mbah Jo dan yang satu dibuka dan dibagi, dimasukkan ke bungkus rokok Kang Koplak dan sebagian ke bungkus rokoknya sendiri.
Beberapa hari berikutnya saat bertemu dengan teman-teman lainnya dan saat itu ada Mbah Sukarso, diceritakan Den Mas Rohdin bahwa batu permata pemberian Mbah Sukarso di barter dengan dua bungkus rokok......sambil tersenyum dan melirik apa reaksi Mbah Sukarso saat mendengar batu permata pemberiannya di barter dengan rokok?
Sejurus kemudian Mbah Sukarso berkomentar " tahu begitu tak kasih batu kumbung", kontan diikuti ledakan tawa teman-teman lainnya yang sudah tahu karakter Mbah Sukarso dan paham apa yang dilakukan Den Mas Rohdin
Dalam pemahaman teman-teman Den Mas Rohdin, saat ini mbah Sukarso sedang diajari tentang nilai kemanfaatan suatu benda bukan hanya sekedar nilai ekonomi suatu benda dan pada saat yang sama ditunjukkan bagaimana Den Mas Rohdin memandang satu benda dihadapkan dengan kebutuhan dan indahnya pertemanan.....
Kejadian tersebut tidak membuat Mbah Sukarso kecewa, bahkan membuat beliau semakin ingin dekat dengan Den Mas Rohdin dan teman-temannya, ingin mengenal lebih jauh..... hingga suatu saat Mbah Sukarso yang marasa enjoi dengan teman-teman Den Mas Rohdin dan merasakan hidup ini lebih berarti, kayak iklan "bikin hidup lebih hidup" .
Sempat suatu saat Mbah Sukarso berkomentar sambil menahan penyesalan....."kok kenal teman-teman baru sekarang, kok tidak pada saat jayanya dulu, saat masih menjabat", kontan dikomentari Kang Koplak "ya malah nggak mau" , diikuti "gerrr" tawa teman lainnya.
Begitulah kisah pertemuan Mbah Sukarso dengan Den Mas Rohdin dan teman-temannya, semoga bermanfaat......
Mbah Sukarso paham kalau "tangan di atas lebih baik dari pada tangan dibawah", dan untuk itu sebagai buah tangan saat bersilaturahmi ke rumah Den Mas Rohdin di membawakan batu permata, maklum masih ada sisa sisa batu permata yang beliau miliki karena selama ini beliau sering jual beli batu permata. Mengingat siapa yang beliau kunjungi, apa yang sedang dia jalani dan keinginan yang ada dalam dirinya, beliau paham betul untuk memberikan yang patas untuk diberikan, sebuah batu permata yang baik dan mempunyai nilai ekonomis lumayan..... beliau mencoba untuk menghargai orang yang di beri sekaligus menghargai dirinya sendiri.
Saat menerima pemberian Mbah Sukarso berupa batu permata, Den Mas Rohdin berfikir sejenak apa yang diinginkan Mbah Sukarso dan apa yang dapat dilakukan dengan apa yang diinginkan Mbah Sukarso......
Den Mas Rohdin, yang sudah terbiasa mencermati perilaku manusia baik dari bahasa lesan yang disampaikan sampai bahasa tubuh yang ditampilkan, mencoba untuk mendengarkan apa yang dikatakan sampai apa yang tidak dikatakan...... selanjutnya apa yang dapat diberikan untuk kemanfaatan Mbah Sukarso, keluarga dan lingkungannya. Beliau tahu betul yang dihadapi bukanlah anak kecil yang menangis saat kehilangan mainan dan tertawa saat diberi manisan..... ini seorang anak manusia yang memasuki usia senja yang sudah kenyang makan asam garam kehidupan, "iso ngakali ora iso diakali" begitulah yang sering dikatakan Mbah Sukarso saat bersenda gurau dengan teman-temannya.
Biarlah semua mengalir bagai air, ada saatnya..... semua yang yang diciptakan ada manfaatnya, apalagi batu permata tentu ada manfaanya, ya.... kalau makanan membuat orang kenyang dan orang yang paham, mampu untuk tidak hanya sekedar merasa kenyang tapi mampu bersyukur saat memakan makanan, tentu batu permata tidak saja indah dilihat dapat pula membuat orang "menggali permata terpendam".... demikianlah kira-kira yang sedang dipikirkan Den Mas Rohdin, semua ada saatnya......
Beberapa hari setelah Mbah Sukarso silaturahmi ke rumah Den Mas Rohdin, saat ngopi bersama Mbah Bejo dan Kang Koplak...... rokok di meja terlihat sudah hampir habis, tidak ada uang di kantong apa lagi di dompet yang ada hanya KTP dan teman-temannya , dan kelihatannya Mbah Jo dan Kang Koplak pun setali tiga uang, sama saja
Teringat batu permata pemberian Mbah Sukarso beberapa hari yang lalu ada di dalam dompet, Den Mas Rohdin memanggil Pak To penyedia jasa layanan antar jemput yang biasa memarkir becaknya di depan warung kopi..... "Pak To ada batu permata bagus, barter dengan 3 bungkus rokok" demikian batu permata pemberian Mbah Sukarso ditawarkan Den Mas Rohdin kepada pak To mengingat yang ada tiga orang dan rokoknya hampir habis. Yang jelas saat ini yang di butuhkan rokok dan yang ada dan dapat ditukar/dibarter ya batu permata pemberian Mbah Sukarso, ya di barter aja "begitu saja kok repot" mungkin itu yang sedang dipikirkan Den Mas Rohdin..... biarlah nantinya menjadi cerita indah.
Setelah melihat batu permata, "dua bungkus mas", sambil tersenyum Pak To mencoba menawar, "kalau saya jual keuntungannya kan lumayan" demikian kira-kira yang dipikirkan pak To ...."Yo wis" demikian jawab Den Mas Rohdin.....
Beberapa saat kemudian, rokok sudah di tangan Den Mas Rohdin, satu diberikan Mbah Jo dan yang satu dibuka dan dibagi, dimasukkan ke bungkus rokok Kang Koplak dan sebagian ke bungkus rokoknya sendiri.
Beberapa hari berikutnya saat bertemu dengan teman-teman lainnya dan saat itu ada Mbah Sukarso, diceritakan Den Mas Rohdin bahwa batu permata pemberian Mbah Sukarso di barter dengan dua bungkus rokok......sambil tersenyum dan melirik apa reaksi Mbah Sukarso saat mendengar batu permata pemberiannya di barter dengan rokok?
Sejurus kemudian Mbah Sukarso berkomentar " tahu begitu tak kasih batu kumbung", kontan diikuti ledakan tawa teman-teman lainnya yang sudah tahu karakter Mbah Sukarso dan paham apa yang dilakukan Den Mas Rohdin
Dalam pemahaman teman-teman Den Mas Rohdin, saat ini mbah Sukarso sedang diajari tentang nilai kemanfaatan suatu benda bukan hanya sekedar nilai ekonomi suatu benda dan pada saat yang sama ditunjukkan bagaimana Den Mas Rohdin memandang satu benda dihadapkan dengan kebutuhan dan indahnya pertemanan.....
Kejadian tersebut tidak membuat Mbah Sukarso kecewa, bahkan membuat beliau semakin ingin dekat dengan Den Mas Rohdin dan teman-temannya, ingin mengenal lebih jauh..... hingga suatu saat Mbah Sukarso yang marasa enjoi dengan teman-teman Den Mas Rohdin dan merasakan hidup ini lebih berarti, kayak iklan "bikin hidup lebih hidup" .
Sempat suatu saat Mbah Sukarso berkomentar sambil menahan penyesalan....."kok kenal teman-teman baru sekarang, kok tidak pada saat jayanya dulu, saat masih menjabat", kontan dikomentari Kang Koplak "ya malah nggak mau" , diikuti "gerrr" tawa teman lainnya.
Begitulah kisah pertemuan Mbah Sukarso dengan Den Mas Rohdin dan teman-temannya, semoga bermanfaat......
Seperti diceritakan Kang Koplak pada Penulis....
Ambhara Hotel Jakarta, 04 Nopember 2011
Sumber : Prolingkungan
Tulisan Lainnya :
Posting Komentar